Menumbangkan Jagoan Romawi
Pahlawan Islam terkemuka yang lain adalah seorang laki-laki yang hidup
pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Orang itu dijuluki sebagai ahli
tipu daya perang, keberanian, dan kehebatan. Dia bernama Ibnu Al-Jazari.
Al-Qurtubi dalam kitab tarikhnya berkata, “Suatu hari, Harun Al-Rasyid
keluar bersama pasukannya untuk menyerbu Konstantinopel dengan kekuatan
130 ribu orang mujahid pasukan berkuda, jumlah yang besar itu tidak
termasuk sukarelawan, para remaja, dan pelayan (yang bertugas
menyediakan logistik untuk para mujahidin pen.). Penguasa Konstantinopel
waktu itu bernama Ya’fur bin Istabraq.
Setibanya di
Konstantinopel, kaum muslimin melakukan pengepungan terhadap
Konstansinopel, hingga penduduk kota itu merasakan kesempitan dan
kesukaran hidup yang amat hebat. Dan hampir saja kaum muslimin berhasil
merebut Konstantinopel dari tangan kaum kafir. Maka Ya’fur keluar
berjalan menemui Al-Rasyid untuk meminta perjanjian damai dan rela
membayar jizyah bahkan dari tangannya sendiri, anak keturunannya serta
seluruh penduduk negeri. Ditambah lagi, Ya’fur akan membayar seluruh
biaya yang dikeluarkan kaum muslimin sejak keluar dari Baghdad hingga
mendekati Konstantinopel dan ditambah pula dengan hadiah-hadiah yang
akan menyenangkan hati kaum muslimin. Juga yang sangat penting, Ya’fur
berjanji akan membebaskan seluruh kaum muslimin yang tertawan dan
dipenjarakan di seluruh negerinya. Harun Al-Rasyid pun memilih untuk
menyelamatkan darah kaum muslimin yang tertangkap, sehingga beliau
memutuskan untuk menerima tawaran Ya’fur. Selanjutnya Ya’fur akan
mengeluakan jizyah sebesar lima 500.000 dinar (uang emas) kepada
Al-Rasyid. Untuk menyeselaikan urusan tersebut, Al-Rasyid memerintahakan
salah seorang komAndan pasukan mujahidin untuk mengambil harta jizyah,
membebaskan kaum muslimin yang tertawan dan mengambil hadiah dari
Ya’fur. Medengar adanya perjanjian tersebut, kaum muslimin merasakan
kegembiaraan yang sangat besar waktu itu.
Kemudian Al-Rasyid
kembali menuju negeri Islam. Ketika sampai di daerah Riqqah, Harun
Al-Rasyid menderita sakit sehingga diputuskan untuk berhenti. Kabar
tentang sakitnya Al-Rasyid sampai ke telinga Ya’fur, maka dia berbuat
khianat dengan tidak menepati janji terhadap kaum muslimin. Tidak ada
satu pun pelaksanaan dari isi perjanjian yang telah dia tetapkan
sendiri. Kaum muslimin mengetahui peristiwa tersebut, akan tetapi mereka
tidak berani menyampaikan pengkhianatan Ya’fur atas Harun Al-Rasyid
dikarenakan sakit yang beliau derita. Hingga ketika beliau sembuh dari
sakit, barulah beberapa penyair dari kaum muslimin menyampaikan beberapa
bait syair, yang isinya memberitahukan kepada Al-Rasyid bahwa Ya’fur
telah melakukan pengkhianatan terhadap kaum muslimin. Lalu Al-Rasyid
bertanya tentang peristiwa sebenarnya, maka kaum muslimin menyampaikan
berita tentang pengkhianatan Ya’fur. Segera Harun Al-Rasyid
memerintahkan para mujahidin untuk kembali menyerbu Konstantinopel.
Mereka kembali berjalan sehingga sampai di daerah Harqalah. Kemudian
Al-Rasyid berkata, “Tidak akan meminta jizyah dari mereka, sampai aku
mampu menaklukan negeri ini.”
Abu Ishaq Al-Fazari berkata
kepada beliau, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Harqalah ini adalah
salah satu benteng terbesar dan terkuat dari benteng-benteng yang
dimiliki musuh, dan kita tidak akan mampu menaklukannya kecuali setelah
usaha yang sangat keras. Jikalau Anda berusaha untuk menaklukannya, maka
pasukan kaum muslimin tidak mencukupi. Akan tetapi jika Anda tidak
berusaha menaklukan Harqalah, maka hal itu merupakan kehinaan atas agama
kita, mengurangi kekuasaan, Anda dan menjadi aib bagi seluruh kaum
muslimin.” Sehingga atas hasil musyawarah dengan seluruh komAndan
pasukan, diambillah keputusan agar Amirul Mukminin memasuki sebuah ktoa
besar terdekat yang dikuasai kaum muslimin terlebih dahulu. Kemudian
beliau meminta bantuan penduduk muslim untuk menambah jumlah kekuatan
sehingga mencukupi untuk menaklukan Konstantinopel, kemudian menaklukan
benteng Harqalah dan benteng-benteng lain.
Ibnu Mukhallad
berkata, “Benteng Harqalah ini merupakan benteng yang sangat besar dan
mereka memiliki banyak benteng yang serupa dengan benteng ini. Apabila
kita mampu menaklukannya, maka orang kafir itu pasti akan terhina. Dan
tidak akan ada seorang pun yang tersisa kecuali tunduk di bawah
kekuasaan Amirul Mukminin.” Kemudian Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid
memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan peralatan berupa
manjanik yang berjumlah banyak serta mempersiapkan diri menghadapi
pertempuran. Ketika pasukan telah siap, maka beliau mengirim Abdullah
bin Abdul Malik bersama pasukannya menuju negeri Romawi yang kemudian
berhasil menawan serta membunuh banyak musuh dan membawa harta ghanimah
yang tidak sedikit. Beliau juga mengutus Daud bin Ali untuk menyerbu
negeri Romawi dengan membawa 70.000 pasukan berkuda. Mereka berhasil
menawan, membunuh banyak sekali musuh dan membawa ghanimah yang tidak
sedikit pula. Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid juga mengirim Syurahbil
bin Mu’an bersama pasukanya, yang kemudian berhasil menaklukan benteng
Ash-Shaqalah. Beliau juga mengutus Zaid bin Mukhallad bersama sepasukan
mujadhidin untuk menguasai benteng Shafshaf. Beliau mengutus Jamil bin
Ma’ruf beserta para mujahidin untuk membakar benteng-benteng musuh,
membunuh banyak sekali pasukan kafir dan membawa 17.000 tawanan perang
ke hadapan Amirul Mukminin.
Selanjutnya Al-Rasyid tinggal
bersama dengan para mujahidin di dalam benteng Harqalah selama tujuh
belas hari. Beliau merasa sempit dengan tinggalnya beliau dalam benteng
tersebut dan semakin menipisnya perbekalan. Beliau mengadukan keadaan
ini kepada para penasihat beliau. Al-Fazari berkata, “Saya telah
memberikan nasihat kepada Amirul Mukminin sebelumnya, akan tetapi Anda
tetap teguh pendirian. Saya sampaikan kembali bahwa saat ini kita tidak
mempunyai jalan lain, walaupun kita nantinya harus terbunuh. Saya akan
memberikan beberapa nasihat yang jika Amirul Mukminin bersedia
menerimanya, saya harap semoga Allah memberikan kemenangan dan
pertolongan.” Al-Rasyid berkata, “Kalau begitu katakanlah! Kami tidak
akan menyelisihi pendapatmu, dari awal sampai akhir.”
Kaum
muslimin pun diperintahkan untuk memotong pepohonan, memindahkan
bebatuan, dan kepada seluruh pasukan disampaikan bahwa Amirul Mukminin
berkeinginan untuk bertempat tinggal di dalam benteng Harqalah. Oleh
karena itu, hendaklah setiap pasukan Islam membangun tempat tinggal di
dalam benteng.
Ibnu Al-Jazari Menumbangkan Jagoan Romawi
Setelah semua rencana dijalankan, dimulailah pertempuran melawan tentara
Romawi dengan usaha merebut benteng Anwah. Dan jalannya peperangan
semakin berkecamuk. Mendekati siang Al-Rasyid tertidur, peperangan juga
mereda. Saat itulah pintu benteng terbuka dan dari dalamnya seorang
laki-laki Romawi keluar dengan membawa persenjataan lengkap serta
mengendarai seekor kuda yang sangat gagah. Laki-laki itu berteriak
dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih, “Wahai orang-orang Arab,
keluarkanlah dua puluh jagoan kalian yang ahli mengendarai kuda untuk
menghadapi aku.” Akan tetapi tidak ada seorangpun pasukan Islam yang
maju menghadapinya, karena melihat Al-Rasyid sedang tidur (sehingga kaum
muslimin tidak berani memberikan keputusan melangkahi pendapat Amirul
Mukminin pen.). Tidak ada seorang pun yang memberanikan diri untuk
membangunkan beliau. Orang Romawi itu terus berkeliling di antara dua
kelompok besar pasukan, sambil terus meneriakkan tantangan kepada kaum
muslimin. Keadaan seperti itu menyebabkan timbulnya kegaduhan dan rasa
takut di kalangan pasukan Islam, akibatnya goncanglah barisan kaum
muslimin. Peristiwa itu menyebabkan orang-orang Romawi tertawa dan
merasa sangat gembira, lalu terlihat laki-laki yang tadi menantang masuk
ke dalam benteng dengan perasaan bangga. Ketika Al-Rasyid akhirnya
terbangun, beliau diberitahukan tentang peristiwa yang baru saja dialami
kaum muslimin. Mendengar kabar tentang peristiwa yang baru saja dialami
kaum muslimin, beliau merasa sangat terganggu, menyesal, hatinya risau,
dan kemudian beliau bangun, berdiri, lalu duduk kembali. Selanjutnya
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid bertanya, “Kenapa kalian tidak
membangunkan aku? Dan kenapa salah seorang dari kalian tidak maju untuk
menghadapinya?” Beberapa pasukan Islam berkata, “Kelengahan mereka
(dengan kejadian tadi pen.) akan mendorong orang Romawi itu keluar dari
benteng mereka esok hari.” Dan malam harinya Al-Rasyid tidak mampu
memejamkan mata.
Pagi harinya, laki-laki Romawi itu keluar lagi
seraya meneriakkan tantangan sebagaimana yang dia lakukan kemarin.
Harun Al-Rasyid berkata, “Keluarkanlah dua puluh orang pasukan berkuda
menghadapi orang itu.” Mendengar ucapan Amirul Mukminin, Ibnu Mukhallad
berkata, “Demi Allah, Wahai Amirul Mukminin, cukup satu orang saja yang
menghadapinya. Jika dia mampu mengalahkan orang Romawi itu, maka
alhamdulillah. Akan tetapi apabila dia terbunuh, maka dia terbunuh
sebagai syahid. Dengan begitu orang Romawi yang lain tidak akan
mendengar bahwa seorang pasukan Romawi harus dihadapi oleh dua puluh
orang pasukan Islam.” Al-Rasyid berkata, “Benarlah apa yang engkau
katakan.” Pada saat itu di dalam barisan kaum muslimin terdapat seorang
pejuang yang bernama Ibnu Al-Jazari yang terkenal dengan keberanian dan
kekuatannya. Dia berkata, “Aku yang akan keluar untuk menghadapi orang
itu dan aku memohon kepada Allah semoga Dia menurunkan pertolongan-Nya
kepadaku.”
Kemudian Al-Rasyid memerintahkan seseorang untuk
mempersiapkan kendaraan perang dan persenjataan untuk Ibnu Al-Jazari,
akan tetapi Ibnu Al-Jazari berkata, “Aku tidak membutuhkannya.” Maka
Al-Rasyid hanya mendoakan kemenangan dan memberikan nasihat agar Ibnu
Al-Jazari selalu waspada. Kemudian bergeraklah dua puluh orang pasukan
Islam bersama Ibnu Al-Jazari untuk mengawalnya.
Ketika pasukan
Islam sampai di tengah lembah (antara dua pasukan pen.), orang Romawi
itu berkata, “Wahai orang Islam, kalian berbuat curang. Aku meminta
kalian untuk mengeluarkan dua puluh jagoan kalian, akan tatapi yang
datang menghadapiku berjumlah dua puluh satu orang.” Salah seorang
pasukan Islam menjawab teriakan Romawi, “Yang akan menghadapimu hanya
satu orang. Kami hanyalah mengantar orang ini dan kami akan segera
kembai.” Si kafir Romawi berkata, “Aku telah memohon kepada Allah,
semoga aku berhadapan dengan Ibnu Al-Jazari.” Ibnu Al-Jazari berkata,
“Benar, aku Ibnu Al-Jazari.” Si kafir Romawi menjawab, “Wahai teman, aku
merasa cukup puas berhadapan denganmu.”
Kembalilah dua puluh
orang pasukan Islam menuju barisannya dan mulailah kedua jagoan
bertarung. Pertarungan berlangsung dengan seru dan melelahkan. Sedangkan
kaum muslimin dan orang-orang musyrikin memperhatikan jalannya
bertarungan dengan hati berdebar. Tiba-tiba terlihat Ibnu Al-Jazari
bergerak menghantam musuh. Keadaan itu menyebabkan hati orang-orang
musyrikin mulai khawatir dan terkoyak, sedangkan kaum muslimin terlihat
gaduh karena peristiwa itu. Ibnu Al-Jazari semakin menguasai keadaan,
dia mampu mengurung musuh dengna serangannya dan akhirnya tumbanglah si
kafir Romawi dari pelana kudanya. Dan tidaklah tubuh Romawi itu
menyentuh tanah, kecuali saat itu kepalanya telah terpisah dari badan.
Maka bertakbirlah kaum muslimin dengan suara yang seakan-akan mampu
meruntuhkan gunung. Akibatnya, tercerai berailah barisan musyrikin.
Kemudian kaum muslimin memulai peperangan dengan semangat tinggi. Dan
akhirnya benteng Anwah berhasil dikuasai dengan membawa korban dan
tawanan yang sangat banyak dari pihak Romawi.
Ketika Ibnu
Al-Jazari datang menghadap Al-Rasyid, maka Al-Rasyid mendudukkan di
hadapannya. Selanjutnya Ibnu Al-Jazari diberi harta rampasan yang sangat
banyak sehingga hampir saja dia tidak mampu membawanya, akan tetapi
Ibnul Jazari menolak semua pemberian tersebut.
Selanjutnya
Al-Rasyid bersama para mujahidin bergerak menuju Konstantinopel
mendengar gerakan pasukan Islam, para uskup dan penjaga bergegas
menghadap Amirul Mukminin untuk memohon ampunan serta belas kasihan atas
kelancangan penguasa Romawi Ya’fur. Mereka berjanji bahwa hari itu juga
mereka akan menepati semua perjanjian mereka dengan kaum muslimin
keluar dari Baghdad hingga Konstantinopel dan memberikan hadiah kepada
kaum muslimin. Para uskup dan pendeta terus memohon dengan merendahkan
diri di hadapan kaum muslimin. Bahkan mereka sujud dan meletakkan dahi
mereka pada permukaan tanah. Hingga akhirnya permohonan belas kasihan
mereka diterima oleh kaum muslimin. Selanjutnya Al-Rasyid tetap bertahan
di tempat pemberhentiannya selama beberapa saat sehingga semua tuntutan
kaum muslimin terpenuhi. Orang-orang Nasrani kemudian menyerahkan tiga
300.000 dinar (uang emas) setiap tahun ditambah 50.000 dinar jizyah
setiap tahun kepada kaum muslimin. Ditambah syarat lain yaitu
orang-orang Nasrani tidak diperbolehkan mendiami perbentengan baik di
Harqalah ataupun benteng lain.
Ketika Amirul Mukminin Al-Rasyid
dan seluruh pasukan Islam telah bersiap untuk kembali ke Baghdad,
penguasa Romawi Ya’fur menulis sebuah surat untuk Al-Rasyid yang
berbunyi,
“Kepada Amirul Mukminin, seorang hamba Allah dan khalifah-Nya, dari Ya’fur penguasa Romawi.
Keselamatan semoga terlimpahkan kepada Anda, wahai penguasa agung, Amma ba’du,
Saya mempunyai hajat yang sederhana, remeh, dan tidak membahayakan
agama Anda. Saya telah meminang seorang gadis yang merupakan anak
perempuan dari penduduk Harqalah untuk dinikahkan dengan anak laki-laki
saya. Apabila Anda menemukan gadis itu, maka saya memohon sudi kiranya
Anda mengampuni dan mengirimkannya kepada kami agar hajat keluarga saya
terlaksana. Semoga Anda mendapatkan limpahan karunia kebaikan dan
keutamaan. Kemudian apabila Anda sudi menambah dengan memberikan kepada
saya salah satu tenda perkemahan Anda (untuk perayaan pernikahan pen.),
maka Anda lebih berhak untuk memutuskan. Selanjutnya saya memohon agar
kedatangan gadis tersebut nantinya diiringi oleh para pendeta.”
Setelah membaca surat tersebut Al-Rasyid memerintahkan pasukan Islam
untuk mencari keberadaan gadis yang dimaksud oleh Ya’fur. Setelah
akhirnya ditemukan, maka Al-Rasyid memberikan kepadanya perbekalan yang
baik dan mencukupi. Selanjutnya dipersiapkan iring-iringan yang panjang
untuk mengantarnya. Al-Rasyid juga memberikan kepadanya permadani yang
dihiasi dengan tilam emas dan perak. Ditambah berbagai wewangian yang
menyemarakkan bau udara. Mendapat perlakuan seperti itu, maka Ya’fur
merasa sangat gembira. Dia membalasnya dengan mengirimkan beberapa
keledai yang berisi kekayaan yang berlimpah sebagai bukti ketundukannya
kepada Amirul Mukminin. Seekor keledai membawa kekayaan mencapai
sebanyak lima puluh ribu dirham (uang perak). Seekor keledai lain
membawa banyak sekali kain sutera yang berhiaskan tilam perak yang
merupakan kain paling mahal saat itu. Sekelompok keledai lain yang
membawa banyak pakaian-pakaian pemburu, dua belas ekor elang pemburu dan
beberapa ekor anjing pemburu yang mampu menangkap singa. Serta tiga
ekor kuda khusus penarik beban. Keseluruhan harta fai’ tersebut segera
dibagikan oleh Al-Rasyid kepada pasukan Islam. Sehingga ketika pulang
menuju Baghdad, hanya dengan sekali peristiwa perang itu, kaum muslimin
mampu menambah perbendaharaan. Baitul Mal sebanyak 3.100.000 dinar.
Akhirnya kaum muslimin kembali dengan membawa kemenangan, kegembiraan,
keberuntungan dan harta ghanimah yang sangat berlimpah.
Kisah ini saya kutip dari Rekan saya yang ada di FB . tanks banget yha gan.